Tidak Ada Istilah Kata Kita, Yang Ada Istilah Kami

Oleh: Bhre Wira, Pengamat Sosial.

Dalam pergulatan pikiran dan tindakan memperjuangkan rakyat yang tersingkir, diabaikan dan dijadikan hanya diperlakukan sebagai objek eksploitasi politik dan ekonomi, seseorang yang memcurahkan pikiran dan mentalnya untuk rakyat tersebut haruslah mencontoh ketegasan sikap dan posisi para pejuang kemerdekaan di masa lalu. Mereka jelas saat berhadapan dengan penjajah Belanda, menempatkan diri berhadap-hadapan secara mental, pikiran dan aksi dengan menggunakan kata “kami” dan kalian, sebagai pencerminan posisi yang tidak abu-abu dan sekaligus sebagai juru bicara dari rakyat yang mereka perjuangkan. Kesalahan para pejuang rakyat di masa sekarang, tidak dapat secara tegas memposisikan dirinya dalam pertarungan kepentingan antara yang menindas rakyat dan yang tertindas. Masih saja dengan naif menggunakan kata “kita” saat berbicara soal kepentingan nasional, seolah para penindas yang senantiasa menjadi objek perhatian dan analisa mereka, dianggap memiliki empati dan ketulusan dalam soal penderitaan rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini suatu masalah yang membuat perkembangan perjuangan kerakyatan menjadi tidak akumulatif, malahan menjadi lumer dan akhirnya buyar akibat orientasi yang tidak terukur. Para pejuang kemerdekaan di masa lalu, jelas terukur yaitu sampai tercapai Indonesia merdeka dan posisinya juga jelas, tidak ragu berhadapan diametral dengan golongan penjajah.

Sekarang, jika kita lihat sejarah perjuangan kerakyatan selepas Indonesia merdeka, tidak terukur secara jelas, penindas tetap saja bercokol dalam struktur sosial ekonomi yang menguntungkan. Contohnya, ketika Belanda telah terdepak, kedudukan menguntungkan tersebut langsung diisi oleh pihak lain dan melanjutkan aktivitas penindasan dan pengisapan pada rakyat yang belum teremansipasi akibat kolonialisme yang akut. Sekelompok elit yang kolaboratif, alih-alih menghilangkan praktik eksploitasi, justru melembagakan dan mengembangkan eksploitasi rakyat yang jauh lebih buruk dan kejam atas nama hak sesama bangsa. Edisi dominasi militer dan konglomerat sampai hari ini pun tetap beroperasi dalam politik dan ekonomi.

Para pejuang kerakyatan gagap menghadapi tantangan ini. Karena memang, perbedaan aktor tidak sekontras pada masa penjajahan. Padahal hakikat operasinya, tidak berbeda, malahan lebih buruk dan kejam.

Para pejuang kerakyatan mengalami ambigu dalam menghadapi hal ini. Apalagi, para penindas ini, karena sama-sama sejenis dan sebangsa, dapat lebih leluasa mencengkeramkan pengaruhnya kepada kekuatan-kekuatan massa rakyat secara langsung tanpa perantara kelas bangsawan atau Timur Asing seperti yang dilakukan Belanda di masa lalu. Padahal, eksploitasi dan kekerasan yang ditimbulkan oleh pola hubungan penjajahan pribumi atas pribumi ini, sama jahat dan kejamnya dengan penjajahan di masa lalu, kalau bukan lebih brutal.

Seharusnya hal ini menyadarkan para pejuang kerakyatan dan tegas mengambil sikap dan posisi tidak abu-abu, sehingga dapat menghindari penggunaan kata kita saat berhadapan dengan para penindas yang sudah jelas juntrungannya tersebut.

Harus berani menyatakan kata kami saat berhadapan politik dengan para penindas yang luar biasa serakahnya tersebut. Tidak bisa secara abu-abu meletakkan diri berada di antara kepentingan rakyat yang menerus diisap dan pinggirkan dengan para penjajah yang pesta pora melalap kekayaan bumi dan penduduk Indonesia.

Saat ini, rakyat yang miskin terus dijaga populasinya agar tetap menguntungkan secara politik dan ekonomi bagi penjajah yang mengaku pribumi tersebut, jika perlu terus dicekoki dogma melalui serentetan pendidikan agar tetap bodoh dan hilang keberanian untuk mandiri dari pengaruh yang mencekoki akal merdeka mereka. Kadangkala instrumen agama digunakan tanpa rasa malu oleh para penjajah yang kolaboratif ini demi kelangsungan penjajahan tersebut.

Terkait

Jika Purbaya Direshuffle, Prabowo Sudah Tidak Berguna Lagi

Oleh: Sholihin MS, Pemerhati Sosial dan Politik. Tekanan politik kepada Prabowo untuk mereshufle Purbaya dari kekuatan hitam (Jokowi dan genk-nya) sangat kuat, terutama setelah Purbaya menolak membayar hutang Kereta Cepat…

Sebuah Kereta, Cepat Korupsinya

Oleh: Yusuf Blegur, Ketua Umum Relawan BroNies, Mantan Presidium GMNI. “Seperti pada kebanyakan proyek infrastruktur, apapun program dan pembangunan di republik ini, selalu membonceng perangai konspirasi, manipulasi dan korupsi. Ada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Opini

Jika Purbaya Direshuffle, Prabowo Sudah Tidak Berguna Lagi

  • By eL Chan
  • November 1, 2025
  • 0
  • 43 views
Jika Purbaya Direshuffle, Prabowo Sudah Tidak Berguna Lagi

Sebuah Kereta, Cepat Korupsinya

  • By eL Chan
  • November 1, 2025
  • 0
  • 42 views
Sebuah Kereta, Cepat Korupsinya

Setahun Rezim Prabowo, Perbaikan atau Kerusakan Menahun?

  • By eL Chan
  • Oktober 24, 2025
  • 0
  • 58 views
Setahun Rezim Prabowo, Perbaikan atau Kerusakan Menahun?

Purbaya Berdaya, Menggempur Tipu Daya dan Politik Sandera

  • By eL Chan
  • Oktober 23, 2025
  • 0
  • 58 views
Purbaya Berdaya, Menggempur Tipu Daya dan Politik Sandera

Refleksi Kaum Pesantren yang Umumnya Buta Apa Itu Kapital, Bagaimana Kapital Dikumpulkan, Bagaimana Kapital Dioperasikan, dan Bagaimana Dampak Kapital dalam Mengeksploitasi Alam, Manusia dan Sejarah

Refleksi Kaum Pesantren yang Umumnya Buta Apa Itu Kapital, Bagaimana Kapital Dikumpulkan, Bagaimana Kapital Dioperasikan, dan Bagaimana Dampak Kapital dalam Mengeksploitasi Alam, Manusia dan Sejarah

Klasifikasi Kehidupan Sosial

Klasifikasi Kehidupan Sosial

Sampai Kapan Rakyat Kapok jadi Ternak Para Penguasa?

Sampai Kapan Rakyat Kapok jadi Ternak Para Penguasa?

Jokowi dan Skandal Ijazah Berjamaah

  • By eL Chan
  • Oktober 16, 2025
  • 0
  • 72 views
Jokowi dan Skandal Ijazah Berjamaah

Quo Vadis Jalur Gaza Setelah Todongan Perdamaian dari Trump untuk Hamas

Quo Vadis Jalur Gaza Setelah Todongan Perdamaian dari Trump untuk Hamas

Andaikan Aku Seorang Palestina-Jalur Gaza

Andaikan Aku Seorang Palestina-Jalur Gaza

Budaya Kita Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote

Budaya Kita Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote

Sistem MPR RI adalah Sistem Komunis?

Sistem MPR RI adalah Sistem Komunis?

Tidak Ada Istilah Kata Kita, Yang Ada Istilah Kami

Tidak Ada Istilah Kata Kita, Yang Ada Istilah Kami

Ganti Kapolri, Awal Reformasi Polri

  • By eL Chan
  • Oktober 9, 2025
  • 0
  • 194 views
Ganti Kapolri, Awal Reformasi Polri

Mau Kemana Reformasi Polri?

Mau Kemana Reformasi Polri?

Mayor Matnuin Hasibuan: Pendiri TKR Laut dan Pejuang Kemerdekaan di Bekasi yang Jarang Diketahui

Mayor Matnuin Hasibuan: Pendiri TKR Laut dan Pejuang Kemerdekaan di Bekasi yang Jarang Diketahui

Cara Perpikir Menkeu Baru Brilian Namun Perlu Keep Calm

Cara Perpikir Menkeu Baru Brilian Namun Perlu Keep Calm

UI, UGM, ITB: Tiga DNA Ekonomi Indonesia

UI, UGM, ITB: Tiga DNA Ekonomi Indonesia

Menakar Untung Rugi Sorbonne University Keluar dari Peringkat THE

Menakar Untung Rugi Sorbonne University Keluar dari Peringkat THE

Bahlil, Diserang Buzzer Jahat?

Bahlil, Diserang Buzzer Jahat?